Cerita Selingan: Kamu
Kamu, iya kamu. Kamu lah yang menjadi ceritaku kali ini. Bolehkah? Atau tidak? Aku sangat ingin mendeskripsikan dirimu meskipun hanya dari hal kecil tanpa menyebutkan namamu.
Bila aku mengingat pertama kali kita kenal, konyol sekali bukan? Hahaha. Kemudian, entah kenapa aku tertarik untuk mengobrol denganmu. Mulai dari obrolan yang sangat tidak penting hingga aku bercerita tentang apapun.
Lalu, kita menjadi kakak-dedek yang aneh. Suka saling mengolok, mengkritik, dan banyak hal yang sulit untuk diingat tetapi membuatku tersenyum saat berusaha mengingatnya. Terutama saat aku mengirim voice note menyanyi dan kamu mengomentarinya dengan “suaramu mengerikan kak” hahaha.
Waktu terus berjalan, aku merasa nyaman denganmu. Namun aku sadar, aku punya seseorang dan aku tidak boleh egois. Jadi aku memilih untuk membuang dan melupakan rasa itu jauh-jauh dan tak ingin lagi ku ingat.
Setahun berlalu, kita sudah semakin akrab. Sharing tentang apapun merupakan rutinitas sehari-hari yang tidak bisa dilewatkan meskipun kita hanya “kkak-dde” biasa. Rasa itu kembali, aku tidak ingin merasakannya, tetapi aku tak bisa melupakannya. Apa yang ku lakukan?
Aku bercanda denganmu bukan? Mengenai hal untuk mengajak pendekatan? Itu hal paling nekat yang pernah ku lakukan, seriously. Tidak biasanya perempuan melakukan hal ini, terlebih lagi, perbedaan umur sempat membuatku minder untuk mendapat tempat disana.
Obrolan terus berlanjut, sampai pada akhirnya tidak tahu bagaimana kita menjadi dekat. Bukan dekat sebagai “kkak-dde” lagi, melainkan seseorang yang disayangi. Terdengar berlebihan, namun begitulah adanya.
Hai kamu yang di dalam cerita ini, apakah kamu membacanya? Banyak hal yang ingin ku deskripsikan, tapi apa daya aku menghargai privasi seseorang. Mungkin di lain waktu, saat dirimu telah membacanya, aku akan menulis tentangmu lagi.
Anandi Justika