Review Drama Korea You Are My Spring

Anandi Justika I.
5 min readApr 14, 2022

“It must’ve been really hard on you. I hope that there won’t be any more pain.”- Kang Da-jeong

Dalam tulisan kali ini, sepertinya saya akan mencurahkan segala hati dan pikiran yang saya rasakan selama menonton drama ini secara on-going. You Are My Spring mengangkat cerita yang dekat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari. Yaitu, cara kita berpikir dan mengambil tindakan berdasarkan refleksi diri kita dimasa lampau. Kita akan melihat sosok Kang Da-jeong sebagai pilar utama cerita bersama dengan Ju Young-do, terlepas dari kisah romansa yang akan mengalir dalam drama ini, saya sangat menikmati bagaimana character development dari Kang Da-jeong yang diperankan oleh Seo Hyun-jin (Another Miss Oh).

Mengapa karakter Kang Da-jeong menarik untuk saya? Karena tanpa kita sadari, ada orang disekitar kita yang sedang berkelut dengan masa lampaunya, masa yang mungkin menyakitkan bagi mereka. Tampaknya, mereka sehat seperti manusia pada umumnya, namun itu secara fisik. Tetapi, secara mental pun kita tidak tahu. Maka dari itu, dari drama You Are My Spring ini pun mengajarkan dan mengingatkan kita bahwa tidak salah untuk menjadi pendengar untuk orang disekitar kita, meskipun kita tidak bisa memberi sebuah masukan.

Selain itu juga, kita bisa melihat setiap karakter di drama ini melalui Ju Young-do, Chae Jun atau Choi Jeong-min, Ahn Ga-yeong bahkan Ibu dari Kang Da-jeong yaitu Mun Mi-ran. Rasa takut dan trauma yang menghantui setiap orang, tidaklah selalu mudah untuk pergi juga mudah untuk datang disaat yang tidak terduga. Terkadang, banyak orang yang memendam apa yang ia rasakan karena berpikir “Untuk apa aku mengatakan ini ke orang lain?” “Akankah ada yang berubah saat aku mengatakan apa yang kurasakan?”, saya menulis ini karena pernah berada di fase seperti itu. Saya meragukan diri saya sendiri, juga saya tidak merasa yakin untuk menceritakan hal apapun kepada orang lain.

Dalam drama You Are My Spring, Kang Da-jeong menemukan kenyamanan dan bisa menyandarkan kepalanya di Ju Young-do. Seberat apapun masa lampau yang menghantui Da-jeong, Young-do tidak pernah memaksakan orang lain untuk menceritakan hal-hal yang membuat orang tersebut tidak nyaman. Namun, Da-jeong akhirnya membuka hati dan menghadapi rasa takutnya lewat Ju Young-do. Begitu juga Ahn Ga-yeong, ia terlihat ceria dan selalu tersenyum. Namun, siapa yang tahu bahwa ia pun berjuang untuk menghadapi rasa yang membelenggu dirinya, rasa yang bisa membuatnya sesak hingga sulit bernapas. Itu semua ia mampu lewati berkat dukungan dan support dari orang sekitarnya. Hal yang tidak kalah penting adalah saat seseorang tidak diterima dalam lingkungannya. Ia akan merasa diasingkan dan tumbuh menjadi sosok yang sedikit berbeda cara berpikirnya dibandingkan orang lain.

Melalui karakter Chae Jun, saya menyadari bahwa mengasingkan orang lain karena kekurangannya. Setiap manusia tentunya memiliki kekurangannya masing-masing, terkadang kita tidak bisa menerima kekurangan orang lain, tetapi tidak ada salahnya untuk memaklumi hal tersebut. Bila orang lain merasa diasingkan, ia akan merendahkan dirinya hingga mempertanyakan “Apakah saya masih pantas untuk hidup?”. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang menyakitkan untuk kita baca maupun dengarkan dari orang lain.

Setelah masa lampau, hal yang membelenggu dan merasa diasingkan, isu lain yang diangkat dalam drama ini juga kepercayaan terhadap diri sendiri. Terkadang, kita meragukan kemampuan diri sendiri bahkan saat kita ingin mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup, “Apakah aku bisa mengambil keputusan seperti ini?”. Sebuah keraguan yang selalu muncul dari diri kita sendiri, namun melalui drama ini juga saya belajar banyak tentang bagaimana saya dapat menghargai dan mengenal diri sendiri. Setiap hari, kita membuat lembaran cerita yang terisi tentang kebahagiaan, kesedihan ataupun kebencian. Itu semua lumrah terjadi dan melalui cerita tersebut pula kita dapat melihat bagaimana diri kita mengambil tindakan dan keputusan untuk kelangsungan hidup.

Saya yakin bahwa sebagian orang merasa drama ini menyajikan cerita yang disampaikan secara lamban selama enam belas episode. Tetapi, saya bisa menikmati drama ini dengan seksama setiap minggunya. Sesaat, saya seperti melihat bahwa setiap orang memiliki kisahnya masing-masing, begitu pula titik terendah dalam hidupnya. Saya menyadari juga tentang kehadiran orang terdekat yang dapat memahami kita pun akan sangat membantu. Berada dalam titik terendah kehidupan adalah masa terberat bagi orang-orang yang mengalaminya. Selain itu pula menjadi pendengar pun bukan hal yang salah, setidaknya orang tersebut merasa ada yang bisa mendengarkan keluh kesahnya.

Terakhir, saya ingin berpesan kepada pembaca ulasan ini. Drama Korea You Are My Spring adalah sebuah drama yang menceritakan tentang setiap orang yang berusaha menghadapi masalah yang selalu mereka hindari selama ini. Tentang bagaimana orang tersebut dapat menerima kekurangan dari dirinya dan dapat membuka diri yang sebelumnya menarik dari orang banyak. Bila kamu mencari cerita yang bisa menjadi kawan mengisi akhir pekan, You Are My Spring bisa menjadi jawabannya. Saat kamu menemukan seseorang yang sedang putus asa atau berada dalam titik rendah dalam kehidupannya, saya harap kamu dapat menjadi seorang pendengar bagi orang tersebut. Kamu dapat menyelamatkan hidup seseorang dengan mendengarkan ceritanya.

You Are My Spring sendiri adalah drama dari tVN dan kamu dapat menyaksikannya melalui Netflix. Nilai 9.5/10 adalah sebuah angka yang pas untuk menggambarkan betapa bahagianya saya dapat menyaksikan drama yang menenangkan ini. Visualnya tidak perlu diragukan lagi karena sutradaranya adalah Jung Ji-hyun, beliau sendiri sebelumnya menggarap The King: Eternal Monarch, Search: WWW dan Mr. Sunshine. Karya terbarunya adalah Twenty Five, Twenty One, menariknya adalah semua karya dari director-nim dapat kamu saksikan di Netflix lho!

Bila kamu memiliki film ataupun series juga drama Korea yang ingin kamu tahu ulasannya dari saya, boleh menghubungi saya melalui surat elektronik di ajustika30@gmail.com ya.

Terima kasih telah membaca tulisan ini, semoga harimu menyenangkan!

It means although they couldn’t embrace your pain, they want to give you a warm hug for overcoming those painful days.

--

--

Anandi Justika I.
Anandi Justika I.

Written by Anandi Justika I.

movie reviewers. freelance-writer. public-opinion. geekygurl. — 17/2/17 e-mail: ajustika30@gmail.com

Responses (1)