ULASAN DRAMA KOREA THE WORLD OF THE MARRIED EPISODE 7–16
Ulasan ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya yang membahas tentang The World of the Married episode satu hingga enam secara garis besar. Memasuki episode tujuh, latar cerita mengambil masa pada dua tahun setelah apa yang terjadi di episode enam. Semua orang menjalani hidupnya dengan normal dan apa adanya hingga Tae Oh kembali ke Gosan setelah meraih kesuksesannya dalam dua tahun.
Pada permulaan episode tujuh pun para penonton kembali merasa geram karena Tae Oh yang tiada habisnya untuk mengganggu dr. Ji dan Joon Young — anaknya. Saya sangat memahami makna “dunia pernikahan” pasca episode tujuh, karena latar cerita yang semakin menarik pun kita diajak untuk memahami setiap karakter. Struggle yang mereka alami dan tidak hanya dr. Ji dan Tae Oh saja, melainkan Da Kyung pun demikian. Setiap pasangan pun pada dasarnya menginginkan sebuah keluarga yang bahagia dan melewati waktu bersama — sehidup semati.
Namun, apa daya bila itu semua sia-sia saat kita terus menengok ke belakang — ke masa lampau. Ke seseorang yang pernah kita kasihi, berbagi segala bentuk rasa sakit dan bahagia? Tentu saja tidak semudah membalikkan halaman buku. Membutuhkan sebuah tekad yang besar dan keyakinan diri yang kuat. Saya rasa, itulah yang Tae Oh berusaha jalani. Berusaha.
Perlu diketahui, saya bukanlah seseorang yang sudah menjalani kehidupan pernikahan. Tetapi saya belajar banyak dan mendiskusikan drama ini dengan seorang kerabat saya yang menjalani kehidupan yang kurang lebih serupa. Sehingga saya menyadari seiring berjalannya cerita pada drama itu, keegoisan sepasang suami — istri yang telah berpisah namun memiliki seorang anak pun dapat menghancurkan kehidupan buah hati mereka.
Baik Tae Oh maupun dr. Ji keduanya selalu bersitegang untuk mengurus putra mereka dan merasa keberadaan satu sama lain memberi makna mengganggu kelangsungan hidupnya masing-masing. Tentu, banyak sekali yang terjadi sepanjang episode tujuh hingga enam belas. Lagi-lagi saya kembali belajar banyak tentang dunia pernikahan yang tidak selamanya memberi bumbu romansa indah ala-ala dongeng. Tetapi, inilah realita yang disajikan dalam drama The World of the Married.
Seorang anak yang mengalami broken home pasca perceraian kedua orang tuanya — biasanya mempunyai kondisi yang berbeda. Lebih mudah merasa tersinggung dan cenderung sensitif. Sayangnya, kondisi kedua orang tuanya yang cenderung selalu berapi-api tidak memberi jalan keluar yang menguntungkan untuk berbagai pihak.
Ada kalanya benar memang, apa yang terjadi pada masa lampau cukup kita jadikan pelajaran hidup yang sangat amat berharga agar di masa yang akan datang nanti kita tidak mengulangi hal yang sama. Sepertinya Tae Oh tidak mampu untuk tidak menoleh ke belakang, ia tetap saja caring dengan dr. Ji in another way. Ia memanfaatkan kekuasaan yang ia punya untuk melakukan berbagai hal yang ia mau. Sayangnya, meskipun Da Kyung telah menikah dengan Tae Oh, ia tidak sepenuhnya percaya dengan langkah-langkah yang diambil oleh Tae Oh. Ia melakukan mata-mata untuk segala tindakan yang akan Tae Oh ambil.
Termasuk saat ia mengetahui kenyataan bahwa Tae Oh masih saja mencari tahu tentang dr. Ji Sun Woo. Yap, benar. Ia pun melihat sendiri isi handphone yang Tae Oh sembunyikan dan berisi foto-foto dr. Ji, ingatkah pembaca saat dr. Ji menemukan handphone yang Tae Oh sembunyikan saat menjalin hubungan di belakang dr. Ji? Sang sutradara mengeksekusi serupa dengan episode pertama saat itu.
Saya mengagumi banyak hal dari drama ini sejak episode tujuh dimulai. Evolusi karakter utama dan pendukung pun menampilkan performa yang baik. Keputusasaan dalam hidup, ambisi dan obsesi satu sama lain hingga kepercayaan kita terhadap pasangan pun digambarkan dengan nyata dalam drama ini.
Meskipun Da Kyung merupakan orang ketiga dalam kehidupan pasangan dr. Ji dan Tae Oh, saat ia menjalani kehidupan rumah tangganya bersama Tae Oh pun yang ia inginkan hanya sebuah keluarga kecil yang bahagia. Sebuah keluarga yang ia harapkan, namun sesuaikah dengan kenyataan? Character development dari Da Kyung pun saya patut apresiasi karena ia cukup jarang terlihat berapi-api tetapi ia cenderung lebih tenang dan menyimpan semuanya sendiri. Saat ia meledak pula, ia akan mengakhirinya. Meskipun mengorbankan harapannya sendiri.
Da Kyung pun berusaha untuk menerima keberadaan Joon Young yang merupakan anak dari Tae Oh dan dr. Ji untuk hidup bersamanya. Serumah — seatap. Ia mengasihi Joon Young dengan sepantasnya, ia selalu dengan pendiriannnya. Da Kyung berusaha keras untuk mendapatkan kehidupan keluarga kecil yang bahagia. Hingga ia sendiri pecah saat waktunya tiba.
Seperti yang saya tuliskan diatas, dalam dunia pernikahan ini terdapat seorang anak yang hidupnya saat ini sudah berbeda. Ia terus menerus melihat orang tuanya berseteru untuk berbagai hal. Hingga mereka masing-masing ingin menyerah dengan hidupnya — seakan tidak sanggup dengan tekanan hidup yang mereka alami. Saat di titik terendah dalam hidupnya pun — mereka masih saling ingin mengasihi namun terhalang oleh egonya masing-masing. Merasa “apakah aku masih pantas untuk mengasihinya?” “bukankah aku adalah penyebabnya?”.
Meskipun begitu, hal ini pun terjadi pada pasangan karakter pendukung yaitu Ye Rim dan Je Hyuk. Mereka pun bimbang tentang kehidupan pernikahan mereka. Apakah harus berlanjut? Akankah mereka dapat saling mempercayai satu sama lain lagi? Kemudian, akankah berpisah merupakan keputusan terbaik? Dan saya menghargai ending untuk kedua karakter ini yang dimana Ye Rim yakin dengan keputusan yang ia ambil dan Je Hyuk pun tetap demikian — bila anda paham maksud saya.
Selain itu pun, Da Kyung sekeluarga yang telah memutuskan untuk meninggalkan daerah tersebut — Gosan pun merupakan keputusan yang baik untuk menghindari hiruk-pikuk yang negatif. Kemudian, saya tidak menyangka untuk ending pada dr. Ji, Tae Oh dan Joon Young. Ending yang diberikan oleh writer-nim pun saya puas dan menurut saya itu adalah open ending yang dimana penonton dapat menyesuaikannya dengan perspektif masing-masing. Baik dr. Ji maupun Tae Oh mendapatkan pelajaran hidup yang sangat amat berharga. Dimana keegoisan orang tua pun dapat menghancurkan hidup mereka dan anak mereka juga. Banyak sekali pelajaran dan makna kehidupan yang bisa kita ambil dari drama ini.
Baik kita sebagai seorang anak maupun seorang pasangan suami — istri yang telah memiliki buah hati. Kebijakan orang tua dalam mendidik dan mengasihi anaknya akan memberi sugesti positif, ada kalanya juga saat dalam kehidupan suami — istri, kita tidak perlu menampakkan perseteruan dihadapan buah hati kita sendiri.
The World of the Married menutup dramanya dengan rating tertinggi untuk jaringan televisi kabel di angka 28,4%. Dengan di posisi kedua diisi oleh Sky Castle yang keduanya sama-sama tayang di jaringan JTBC. Untuk angka yang saya berikan pada ulasan episode 7 hingga 16 yaitu 8.5/10. Bila keseluruhan nilainya adalah 8.25/10 berdasarkan angka yang sudah saya sertakan pada ulasan pertama.
Drama ini sangat saya rekomendasikan untuk anda semua yang sudah berada di usia 18 tahun keatas. Kebijakan anda untuk menonton drama ini sangat diperlukan. Rating ini berlaku tidak hanya untuk secara seksual saja, namun terdapat kekerasan verbal dan non-verbal yang tidak sepantasnya disaksikan penonton dibawah umur.
Selain itu juga, saat ini anda dapat menyaksikan drama The World of the Married di VIU Indonesia yang kini telah menghadirkan seluruh episodenya.
Terima kasih telah membaca ulasan ini, jangan lupa tinggalkan komentar dan saran untuk konten selanjutnya. Atau dapat menghubungi saya melalui ajustika30@gmail.com