ULASAN FILM 1917
1917 merupakan film terbaru dari sineas kenamaan yaitu Sam Mendes yang namanya semakin didengar banyak orang pasca ia menggarap dua film dari franchise James Bond yakni Skyfall pada 2012 dan Spectre pada 2015. Sam Mendes menggarap film ini bersama sinematografer Roger Deakins. Namanya pun mulai tidak asing sejak ia satu project bersama Denis Villeneuve di Sicario dan Blade Runner 2049.
Film 1917 berlatar saat perang dunia pertama, dua orang prajurit diminta untuk menyampaikan sebuah pesan agar batalion terdepan untuk menghentikan serangannya terhadap lawan. Bila terjadi, maka serangan itu akan merenggut banyak nyawa para prajurit.
Misi tersebut terkesan mustahil, karena dua orang prajurit tersebut harus melewati wilayah yang sangat berbahaya. Selain itu juga, bagaimanapun caranya mereka harus menyampaikan pesan tersebut ke batalion terdepan.
1917 mengajak kita — sebagai penonton untuk memahami bahwa selama ini kita hidup berdampingan dengan waktu dan ada masanya kita seperti melawan waktu untuk bertahan hidup. Seketika, waktu terasa sangat berarti untuk setiap kita menghela napas. Sam Mendes memberi pesan bahwa tiap perjalanan hidup seseorang, ia bisa menjadi teman dan lawan dari waktu. Terkadang, waktu pun menyiksa kita dengan kenyataan yang ia miliki.
Sam Mendes selaku screenwriter pun menarasikan kegigihan seorang prajurit dengan indah, begitupula dengan rasa ketakutan dan kehilangan yang dirasakan oleh tiap prajurit. Ia harus bertarung dengan waktu untuk menyelamatkan hidup banyak orang. Penonton pun merasakan keheningan yang tiada ujungnya, memahami isi hati dan pikiran dua prajurit tersebut.
Merasakan ketakutan, kekhawatiran, namun juga tetap memiliki simpati dalam keadaan apapun. Karena pada hakekatnya, kita adalah manusia yang mudah tergerak hatinya untuk menolong sesama mahluk hidup.
Manusia dalam keadaan apapun, ia selalu memiliki hati yang lembut untuk menolong sesama. Untuk berbagi meskipun hanya sebotol air yang mungkin untuk bertahan hidupnya sendiri. Semua itu ditampilkan dengan baik oleh dua prajurit yang bernama Schofield dan Blake. Mereka mampu menggambarkan berbagai rasa yang mereka simpan. Hingga penonton pun ikut merasa iba, hingga ada yang meneteskan air mata saat saya menonton.
Sam Mendes menggambarkan banyak nilai kehidupan yang selama ini mungkin dilupakan oleh banyak, tidak diperdulikan oleh banyak orang. Namun, ia menyampaikan nilai ini dengan indah di 1917. Meskipun minim dialog, film ini sangat bagus dinikmati saat memiliki waktu luang yang panjang tanpa adanya gangguan.
Pengambilan gambar yang realistis pun saya kagum. Terasa seperti Sam Mendes yang selama ini saya cari pun akhirnya kembali. Saya bukan berarti meng-agung-kan Sam Mendes, hanya saja di film terakhirnya, ia terasa seperti buru-buru untuk menarasikan cerita. Tetapi tidak di 1917, ia santai namun pasti. Durasi 159 menit pun tidak terasa lama, saya pribadi merasakan itu durasi yang cukup untuk film seperti 1917. Tidak lama dan tidak kurang, ceritanya padat dengan nilai sederhana: manusia tidak pernah lepas dari waktu.
Berbicara mengenai pengambilan gambar pun saya teringat sang sinematografer dari film ini, yaitu Roger Deakins. Ia mampu mengambil angle dengan baik, permainan gelap terang serta warna senja yang kentara pun menghanyutkan pandangan saya. Karena terpaku, saya pun merasa film ini memanjakan saya dari berbagai sisi.
Roger Deakins mampu menyesuaikan angle kamera saat sang prajurit sedang putus asa atau merasakan hal lain, sehingga shot yang dihasilkan pun membuat penonton merasa iba terhadap karakter tersebut. Belum lagi saat terjadi penyerangan, pergerakan kamera yang bagus pun membuat outputnya terasa seperti penonton ikut dalam film tersebut.
Tak lepas juga, itu semua karena performa para aktor yang tampil dengan baik. Terutama dua prajurit yang mendapatkan misi yaitu George MacKay dan Dean-Charles Chapman yang masing-masing berperan sebagai Schofield dan Blake. Keduanya menghadirkan evolusi karakter yang perkembangannya semakin baik seiring berjalannya cerita. Mampu menggambarkan kondisi jiwa yang sedang merasa sedih, marah, kehilangan dan simpati terhadap sesama manusia tanpa melihat berasal darimana kamu.
Selain itu juga, ditambah dengan hadirnya cameo pada film 1917 yang berasal dari aktor-aktor Hollywood seperti Colin Firth, Andrew Scott, Mark Strong hingga Benedict Cumberbatch. Setiap aktor tersebut menghadirkan performa yang baik untuk karakternya masing-masing meskipun hanya hadir sebentar saja, namun kehadiran karakter mereka pun menentukan jalan cerita film ini.
Tentu saja, saya tidak melupakan kedua orang yang saya apresiasi luar biasa yaitu Sam Mendes dan Roger Deakins yang sebagai sutradara dan sinematografer. Meskipun tidak memenangi banyak penghargaan pada ajang Academy Awards ke-92 tahun 2020, setidaknya Roger Deakins mendapatkan apresiasi tertinggi atas kerja kerasnya di ajang penghargaan tersebut sebagai Sinematografer Terbaik.
Sehingga saya memberikan angka 9/10 untuk film 1917. Film ini pun ditulis langsung oleh Sam Mendes bersama Krysty Wilson-Cairns. Bila anda tertarik untuk menyaksikan film ini, silakan luangkan waktu anda untuk mencerna film ini dengan baik. Bila anda memiliki layar dan audio yang mendukung, maka anda akan puas saat menyaksikan film ini.