Ulasan Film Ford v Ferrari

Anandi Justika I.
3 min readJan 11, 2021

“There’s a point at 7,000 RPM… where everything fades. The machine becomes weightless. Just disappears. And all that’s left is a body moving through space and time. 7,000 RPM. That’s where you meet it. You feel it coming. It creeps up on you, close in your ear. Asks you a question. The only question that matters. Who are you?”- Carroll Shelby

Seberapa jauhkah kamu mengenal dirimu? Apakah kamu yakin sudah mengetahui segala sisi tentang dirimu sendiri? Untuk siapakah kamu hidup; dirimu atau orang terkasih? Ford v Ferrari hadir mewarnai layar bioskop Indonesia pada Oktober 2019. Sayang sekali kehadiran film ini tidak mendapat banyak spotlight dari banyak orang. Film ini sendiri bercerita tentang mimpi seseorang untuk bertarung di panasnya aspal pertandingan Le Mans di tahun 1966.

Apakah kamu pernah bermimpi? Seberapa jauh dirimu berusaha untuk menggapai mimpi itu? Begitulah yang terjadi dengan Ken Miles yang tidak menyerah untuk menggapai mimpinya. Meskipun ia menjadi bulan-bulanan orang lain, tetapi ia tidak pernah menyerah untuk itu semua. Ken Miles akan mempertaruhkan segalanya untuk mencapai tujuan itu.

Carroll Shelby mencari seseorang dengan keinginan yang kuat; kemampuan yang memumpuni untuk bertarung di aspal yang panas ini. Ken Miles menjadi pilihan yang menarik bagi Shelby, namun apakah orang lain menyetujui itu? Dalam film ini pun kita akan melihat evolusi karakter dari Ken Miles maupun Carroll Shelby dari dua orang yang saling acuh tak acuh menjadi dua orang sahabat yang saling membantu dan mendukung satu sama lain.

Perjalanan Shelby dan Miles menuju Le Mans di tahun 1966 pun tidak berjalan mulus, banyak sekali cobaan yang menghampiri mereka. Sehingga keadaan tidak memungkinkan bagi Miles untuk melanjutkan mimpinya. Tetapi, memang benar adanya selalu ada jalan lain untuk menggapai tujuan yang sudah kita tentukan sejak awal; usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Namun, tentu saja ada harga mahal yang harus dibayar oleh sang pemimpi. Aku dapat memahami itu, percayalah. Untuk pertama kalinya, aku menangis saat menonton film Ford v Ferrari.

Terdengar suara tangisan dari penonton lain saat menyaksikan film ini, visualisasi cerita Ford v Ferrari digambarkan dengan baik oleh James Mangold. Pada permulaan film dan penutup cerita; kita mendengar narasi yang diucapkan oleh Carroll Shelby:

Saat mencapai 7,000 RPM, semuanya akan terasa memudar. Mesin akan terasa ringan dan menghilang. Hanya tersisa tubuh yang bergerak diantara ruang dan waktu. Kamu akan merasakan itu di 7,000 RPM dan akan datang pada saat itu. Hal itu akan mendekati dirimu tepat di telingamu; untuk menanyakan satu pertanyaan yang penting: “Siapa dirimu?”

Tentu saja terjemahan ini langsung saya tulis sendiri, bila terjadi perbedaan mungkin kamu dapat melihatnya di awal tulisan ini.

Saya mengingat sekali masa-masa saat menonton film ini. Saat itu, hanya 30 orang yang berada di sebuah bioskop dan saya hanya menonton sendiri, tentunya. Sepanjang film, tidak ada terdengar obrolan-obrolan kecil antar penonton seperti yang biasa saya temui; hampir semuanya menikmati film ini. Kemudian saya sadar, ternyata film ini sangat bermakna bagi saya dan mungkin sebagian orang diruangan teater kala itu.

Seusai film ditayangkan, saya melihat beberapa penonton menyeka matanya. Mereka mendiskusikan bagaimana film ini di eksekusi dengan baik. Selain itu, saya pun banyak membaca review positif untuk Ford v Ferrari. Hanya saja minim spotlight, saya hanya berharap agar banyak pembaca yang mungkin mempertimbangkan untuk menonton film ini nantinya.

Ini semua tidak lepas dari performa Christian Bale dan Matt Damon yang menampilkan Ken Miles dan Carroll Shelby dengan baik. Chemistry mereka sebagai seorang teman dekat yang mendukung satu sama lain pun terlihat dengan bagus. Saya mengagumi ini dan memberikan nilai 8.0/10 untuk film Ford v Ferrari garapan sutradara James Mangold.

Bila kamu memiliki film ataupun series juga drama Korea yang ingin kamu tahu ulasannya dari saya, boleh menghubungi saya melalui surat elektronik di ajustika30@gmail.com ya.

Terima kasih telah membaca tulisan ini, semoga harimu menyenangkan!

--

--

Anandi Justika I.

movie reviewers. freelance-writer. public-opinion. geekygurl. — 17/2/17 e-mail: ajustika30@gmail.com