Ulasan Serial Modern Love

Anandi Justika I.
6 min readJan 25, 2021

--

“Nothing will change me. Or any people who really love you.”- Guzmin

Menurut kamu, apa itu cinta? Apakah cinta hanya memandang fisikmu? Atau berbagai aspek lainnya? Dalam serial satu ini, kita akan mengenal cinta dari berbagai perspektif setiap orang. Pada setiap episode sendiri memiliki cerita dan pemeran yang berbeda-beda juga lho. Bagi saya, ini adalah formula yang baik dan bisa membuka sudut pandang penonton tentang apa itu cinta atau saya lebih nyaman menyebutnya sebagai kasih sayang.

Saya bukanlah expertise dalam hal percintaan. Meskipun saya saat ini juga menjalani sebuah hubungan, banyak nilai yang bisa saya ambil dari serial Modern Love. Nah, pada ulasan ini mungkin akan lebih singkat atau bisa juga panjang karena saya akan membahas setiap episodenya karena memberi makna yang berbeda meskipun tentang kasih sayang.

Sebagai desclaimer, saya menyaksikan serial ini tanpa melihat trailer maupun ulasan-ulasan dari blog maupun YouTube.

Episode 1: When the Doorman is Your Main Man

Saat saya memulai petualangan saya menonton Modern Love di episode pertama ini, kita dapat melihat bagaimana orang-orang yang tinggal di kota (tentunya dengan latar dalam drama tersebut) menjalin sebuah hubungan bersama pasangannya. Dalam masa-masa tertentu, kita tidak menyadari bahwa saat kita sedang bersedih atau struggling dengan sebuah masalah, ada seseorang yang selalu mengulurkan tangan atau meluangkan waktunya untuk mendengarkan segala keluh kesah yang ingin kita sampaikan.

Meskipun tidak selalu pasangan yang menjadi tempat keluh kesah kita, melainkan orang lain. Seiring berjalannya waktu pun, perasaan tersebut bisa berubah-ubah dengan bagaimana tindakan yang kita ambil. Dalam episode pertama Modern Love ini pun saya sangat menikmati bagaimana cerita disampaikan dan sempat meneteskan air mata.

Episode 2: When the Cupid Is a Prying Journalist

Wah, episode ini benar-benar unpredictable sih. Ternyata, tidak semua rasa kasih sayang itu bisa berakhir bersama, segala tindakan dan keputusan yang kita ambil dalam menjalin hubungan pun bisa berpengaruh lho. Saya banyak belajar dan mengambil nilai positif dari episode dua ini. Saya sangat mengagumi bagaimana episode dua ini dikemas dengan baik dan penyampaian ceritanya pun tidak kalah epik dengan episode pertama.

Dalam episode kedua ini, kita akan melihat dua hubungan. Hubungan pertama adalah sepasang kekasih yang sesaat sebelum menikah dan hubungan kedua adalah sepasang suami istri yang terjebak dengan masa lalunya masing-masing. Jujur saja, seusai menonton episode dua ini pun saya lega lho.

Episode 3: Take Me as I Am, Whoever I Am

Dalam sebuah fase kehidupan, ada beberapa orang yang mengalami sebuah disorder. Di episode tiga kali ini, kita akan melihat bagaimana seseorang yang mengalami bipolar disorder saat menjalani sebuah hubungan. Meskipun hubungan tersebut belum lama dan setiap orang pastinya ada yang nyaman dan tidak saat membicarakan tentang gangguan yang ia alami, menurut saya ada baiknya kita untuk saling terbuka ke pasangan masing-masing.

Saya sendiri, saat sudah lewat beberapa bulan menjalin hubungan pun memutuskan untuk bercerita tentang apa yang sedang saya alami dan apa saja pemicunya. Sehingga, pasangan saya pun juga terbuka dengan saya. Sejak saat itu pun, saya bisa mengatasi beberapa situasi dalam hubungan saya pribadi. Nah, kembali ke episode tiganya nih. Dalam kisah kali ini, orang yang mengalami disorder pun memilih untuk tidak bercerita dan tenggelam dalam dunianya sendiri.

Saya memahami bagaimana sulitnya untuk terbuka dengan pasangan tentang apa yang sedang kita hadapi, namun dari episode tiga ini kita dapat mengambil nilai untuk bisa terbuka dengan pasangan yang tentunya sudah kita percaya ya. Kalau belum, jangan dulu. Mengapa saya menyarankan untuk lebih terbuka untuk diskusi semacam ini dengan pasangan? Agar saat kita dalam fase gangguan tersebut, pasangan kita dapat mengerti dan tidak memicu kesalahpahaman.

Episode 4: Rallying to Keep the Game Alive

Apakah kamu pikir saat menikah itu adalah akhir dari segalanya? Tentu tidak sayang, ini adalah awal dari segalanya. Menikah adalah menyatukan dua manusia dengan isi kepala dan hati yang berbeda. Tentu saya belum menikah sehingga tidak bisa banyak bercerita tentang dunia pernikahan.

Namun, ada kalanya kita mengalami masa-masa jenuh bersama pasangan. Terkadang sampai ada yang hampir bercerai. Dengan adanya konsultasi bersama pasangan suami-istri dan mediator pun bisa membuat sebuah pasangan tetap rujuk dan bersama. Pada episode empat ini, kita akan melihat bagaimana sebuah pernikahan yang bukan di ujung tanduk, tetapi hanya mengalami beberapa masa tertentu saja.

Episode 5: At the Hospital an Interlude of Clarity

Episode 6: So He Looked Like Dad. It Was Just Dinner, Right?

Pada episode lima dan enam kali ini akan saya jadikan satu pembahasan karena saya khawatir pembaca akan merasa jenuh.

Dalam dua episode kali ini akan menceritakan bagaimana rasa mengagumi itu akan tersampaikan, saya merasakan sedikit kejanggalan saat cara cerita ini disampaikan. Meskipun saya memilih untuk tetap menonton, saya tidak bisa menikmati dua episode ini seperti sebelumnya. Lebih banyak berpikir daripada menikmati, kalau ada yang serupa ataupun tidak dengan apa yang saya rasakan, boleh beri komentar atau kirim surel ke saya ya.

Episode 7: Hers Was a World of One

Sebelum membahas episode tujuh, saya ingin memperingatkan bahwa episode ini akan menampilkan cerita tentang pasangan gay.

Karena saya sudah memperingatkan, mari kita masuk ke pembahasan. Saya bisa merasakan empati saat sebuah pasangan menginginkan kehadiran seorang anak untuk melengkapi hidup mereka. Terlepas dari orientasi seksual mereka. Beberapa pasangan ada yang menginginkan dan ada juga yang memilih untuk hidup berdua selamanya.

Dalam episode tujuh kali ini, saya lebih tertarik untuk membahas bagaimana mereka hidup sebagai manusia dan menghargai kehadiran seorang anak. Saya pun bisa melihat bagaimana cara mereka menilai atau sudut pandang mereka tentang arti sebuah kehidupan.

Episode 8: The Race Grows Sweeter Near It’s Final Lap

Episode delapan adalah episode penutup dari serial Modern Love kali ini. Untuk pasangan lawas, makna cinta tentunya berbeda bagi mereka. Juga mungkin bagi setiap orang. Pasangan lawas tentunya sudah melewati berbagai macam fase dalam kehidupan mereka. Saya bisa memahami makna sebuah kasih sayang yang digambarkan dari pasangan lawas kali ini.

Nah, pada episode akhir ini juga kita akan melihat bagaimana cerita dari episode satu hingga delapan dirajut dengan baik. Meskipun saya sempat mengalami masa dimana tidak bisa menikmati beberapa episode, namun saya memahami bahwa penulis ingin penonton juga mengetahui kondisi terkini setiap pasangan yang diceritakan. Apakah mereka berakhir bahagia dengan pasangannya atau dengan dirinya sendiri?

Seperti yang sudah saya katakan diatas, saya sempat tidak bisa menikmati dengan baik sehingga ini akan berdampak pada penilaian saya untuk serial Modern Love ini. Sehingga, saya akan memberi nilai 7.7/10 untuk Modern Love. Hmm, untuk episode favorit saya adalah episode satu, dua dan tiga. Terutama untuk dua sih, saya benar-benar hampir bias saat menulis pembahasan tadi.

Jajaran pemain dalam serial Modern Love tak lain Tina Fey, John Slattery, Gary Carr, Anne Hathaway, Dev Patel, Catherine Keener dan masih banyak lagi. Dan juga kamu bisa saksikan serial Modern Love di Amazon Prime Video.

Bila kamu memiliki film ataupun series juga drama Korea yang ingin kamu tahu ulasannya dari saya, boleh menghubungi saya melalui surat elektronik di ajustika30@gmail.com ya.

Terima kasih telah membaca tulisan ini, semoga harimu menyenangkan!

--

--

Anandi Justika I.
Anandi Justika I.

Written by Anandi Justika I.

movie reviewers. freelance-writer. public-opinion. geekygurl. — 17/2/17 e-mail: ajustika30@gmail.com

No responses yet